18 June 2009

Sinopsis : Hafalan Shalat Delisa

anak sekecil itu berkelahi dengan waktu
demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu
anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu
dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal




Sepenggal lagu Iwan Fals, yang aslinya adalah berjudul Sore tugu Pancoran. Sepotong karya bermakna luas, tak terkecuali untuk kisah Hafalan Shalat Delisa. Dengan setting tempat berbeda, kisah Delisa berada jauh di Lhoknga, sebuah daerah yang di hiasi cantiknya panorama pantai senja. Lhoknya, berada sekitar 10 Km dari Banda Aceh. Lhoknga, porak poranda dihantam badai tsunami 26 desember 2004 silam. Dari sinilah kisah Delisa ini di mulai.

DELISA CINTA UMMI KARENA ALLAH

Delisa yang lugu, polos, dan kritis suka bertanya. Delisa kecil baru berusia 6 tahun, anak bungsu dari ummi Salamah dan abi Usman. Delisa mendapat tugas untuk menghafal bacaan-bacaan sholat, untuk selanjutnya akan di setor ke ibu guru Nur pada hari minggu 26 Desember 2004. Delisa ingin sekali bacaan sholatnya sempurna, tidak lupa-lupa dan terbolak-balik seperti waktu sebelumnya. Delisa ingin hafal untuk kesempurnaan sholatnya, untuk sujud kepadaMu. Delisa ingin hafal, karena Ummi telah menyiapkan hadiah kalung emas 2 gram berliontin D untuk Delisa, karean Abi akan membelikan sepeda untuk hafalan sholatnya jikalau lulus. Delisa ingin ya Allah.

Sampai pagi itu saatnya Delisa menyetor bacaan sholatnya, ketika bumi terguncang, tanah merekah, gempa bumi 8,9 SR. Air laut teraduk, Tsunami menyusul menyapu daratan, menjadi tangan malaikat pencabut nyawa. Tapi Delisa ingin khusu’, terus melafadzkan hafalan sholatnya. Namun, air itu telah menghanyutkan semua yang ada, menghempaskan Delisa. Shalat Delisa belum sempurna. Delisa yang kehilangan Ummi dan kakak-kakaknya.

Delisa masih bernafas, didalam pingsannya delisa melihat Ummi, kak Fatimah, kak Zahra dan kak Aisyah yang pergi tidak mengajaknya serta. Enam hari Delisa tergolek antara sadar dan tidaknya. Ketika tubuhnya di ketemukan oleh prajurit Smith yang kemudian menjadi mu’alaf dan berganti nama jadi prajurit Salam. Bahkan pancaran cahaya Delisa telah mampu memberikan hidayah pada Smith untuk bermu’alaf.

Dalam perawatannya, Beberapa waktu lamanya Delisa tidak sadarkan diri, keadaannya tidak kunjung membaik juga tidak sebaliknya. sampai ketika seorang ibu yang di rawat sebelahnya melakukan sholat tahajud, pada bacaan sholat dimana hari itu hafalan shalat delisa terputus, kesadaran dan kesehatan Delisa terbangun. kaki delisa harus diamputasi. Delisa menerima tanpa mengeluh. luka jahitan dan lebam disekujur tubuhnya tidak membuatnya berputus asa. Bahkan kondisi ini telah membawa ke pertemuan dengan Abinya. Pertemuan yang mengharukan.
Delisa ingin menghafal bacaan sholatnya. susah, tampak lebih rumit dari sebelumnya. lupa dan benar-benar lupa, tidak bisa mengingatnya. Lupa juga akan kalung berliontin D untuk delisa, lupa akan sepeda yang di janjikan abi. Delisa hanya ingin menghafal bacaan sholatnya.

“orang-orang yang kesulitan melakukan kebaikan itu, mungkin karena hatinya Delisa… Hatinya tidak ikhlas! Hatinya jauh dari ketulusan…”

Bukan karena Allah, tapi karena sebatang coklat, sebuah kalung berliontin D untuk Delisa, dan untuk sepeda.Dan malam itu Delisa bermimpi bertemu dengan umminya, yang menunjukkan kalung itu dan permintaan untuk menyelesaikan tugas menghafal bacaan sholatnya. Kekuatan itu telah membawa Delisa pada kemudahan menhafalnya. Delisan mampu melakukan Sholat Asharnya dengan sempurna untuk pertama kalinya, tanpa ada yang terlupa dan terbalik. hafalan sholat karena Allah. dan hadiah itu datang pada Delisa, Delisa menemukan kalung D untuk Delisa dalam genggaman jasad Umminya. Sesudah 3 bulan lebih.

***

Membacanya membuat aku sentimentil banget, terharu, cukup membuat perasaan ini teraduk-aduk. Mungkin inilah salah satu keajaiban tsunami diantara banyak keajaiban-keajaiban yang lain. Saya kurang tahu apakah tulisan ini adalah sebuah kisah nyata atau fiktif, tapi ini sangat mungkin terjadi kala itu.

Ada satu pertanyaan dari saya, apakah penulis buku ini pernah datang ke Lhoknga atau belum. karena dalam cerita buku ini digambarkan seolah-olah jarak Lhoknga ke Banda Aceh itu adalah jarak yang jauh, yang apabila sudah berpisah akan sulit untuk bertemu kembali. Padahal kan paling cuman 10Km atau paling lambat 15 menit perjalan dengan menggunakan kendaraan bermotor.

Baca buku ini, trus ditemeni lagu ini, anggep aja sountracknya :

Aneuk Yatim by Rafli Kande
Deungo lon kisah saboh riwayat
Kisah baro that… baro that di Acheh Raya
Lam karu Acheh… Acheh… timu ngon barat ngon barat
Di saboh teumpat… teumpat meunoe calitra:

Na sidroe aneuk… jimoe siat at
Lam jeuet jeuet saat… saat dua ngon poma
Ditanyong bak ma… bak ma… “ayah jinoe pat… jinoe pat?”
Dilon rindu that… rindu that keuneuk eu rupa

Meunyo mantong hudep meupat alamat
Ulon jak seutot… jak seutot oh watee raya
Meunyo ka meuninggai… meuninggai
Meupat keuh jeurat… oh jeurat
Ulon jak siat… jak siat lon baca do’a

Udep di poma oh tan le ayah
Lon jak tueng upah tueng upah lon bri bu gata
Ka naseb tanyoe geutanyoe keuheundak bak Allah… bak Allah
Adak pih sosah… sosah tetap lon saba

Seubut le poma… “aneuk meutuah
Keuheundak bak Allah… bak Allah geutanyoe saba
Bek putoh asa… hai asa cobaan Allah… ya Allah
Saba ngon tabah… ngon tabah dudoe bahgia…

Talakee do`a… taniet bak Allah
Ube musibah… musibah bek le troh teuka
Acheh beu aman… beu aman bek le ro darah… ro darah
Seuramoe Meukah… Meukah beu kong agama.

kalau diterjemahkan kira-kira begini :
Dengarlah ku kisahkan satu riwayat
Kisah terbaru… terbaru di Acheh Raya
Di dalam kerusuhan Acheh… Acheh timur dengan barat dengan barat
Disebuah tempat… tempat begini ceritanya:

Ada seorang anak yang terus menerus menangis
Dalam setiap saat… saat berdua dengan ibunya
Dia bertanya kepada ibu… kepada ibu “ayah dimana sekarang… dimana sekarang?
Saya sangat rindu sekali… rindu sekali ingin melihat wajahnya

Jika masih hidup dimana alamatnya
Saya mahu cari… mencari ketika saya besar
Jika sudah meniggal… meninggal
Dimana kubur… kuburan nya?
Saya ingin ziarah sebentar… pergi ziarah untuk membacakan do’a

Hidup sang ibu ketika tiada sang ayah
Saya mengambil upah mengambil ubah untuk menafkahkan kamu (anak)
Sudah nasib kita nasib kita begini kehendak dari Allah… dari Allah
Walaupun susah… susah saya tetap bersabar

Ibu berkata… “Anakku yg bertuah
Kehendak dari Allah… dari Allah kita bersabar
Jangan putus asa… hai asa atas cobaan Allah… ya Allah
Sabar dan tabah… dan tabah kita akan bahagia

Kita mohon do’a… kita niatkan pada Allah
Semua musibah… musibah jangan kembali lagi
Acheh akan aman… akan aman dan jangan ada lagi pertumpahan darah… pertumpahan darah
Serambi Mekah… Mekah semoga terus kuat agama

9 comments:

  1. cop.saye pinjam buku ni.hehe..xsabar nak bace~~

    ReplyDelete
  2. Highly Recommended. Dah banyak kali saya baca. Ni buku tere liye yang terbaik. Memang kalau sampai kat part Delisa Cinta Ummi karena Allah tu sebak.Untuk teman-teman selamat membaca dan mengambil hikmah.

    ReplyDelete
  3. alhamdulillah, dah baca..memang menyentuh perasaan~cepat2 sape nak baca pulak?!?

    ReplyDelete
  4. mhhh ternyata bener, novel ini sedih banget. Ampe" ak nangis bcanya....

    ReplyDelete
  5. ini bagus bgt mas,kalo baca pasti harus ada tisu,kebetulan kemaren baca ga ada tisu.....

    komen balik ya
    iplocks.blogspot.com

    ReplyDelete
  6. ya allah empat jempol untkya bhakan trasa kurang bangga terharu serasa jadi satu
    maha karya yg sangat indah ))))))))))

    ReplyDelete
  7. anak sekecil itu mendapat cobaan yang berat , dan harus menerima kenyataan disekitarnya yang baca pun tersentuh . like banget :)

    ReplyDelete
  8. Delisa....
    oh Delisa....
    Kisahmu memberikan secercah harapan dari hati yang masih tenggelam dalam ratapan kehidupan yang dirasa memilukan....
    kehidupanmu memberikan gambaran kasih sayang dari Allah..
    kisahmu mengajarkan akan arti tulus yang benar-benar tulus...
    mengajarkan untuk menerima segala keputusan Sang Khaliq...
    sungguh menginspirasi bagi muslim yang belum sepenuhnya dan para muallaf...
    terimakasih Delisa dan yang mengisahkannya...
    semoga Allah memberikan kita semua hati seperti Delisa... Amiin...

    ReplyDelete